Maicih berawal dari ketidaksengajaan, niat saya dan Mei awalnya pergi ke Cimahi memastikan alamat adik asuhnya almarhum teman kami Adi Prawira, apakah adik asuhnya ini benar status sekolah atau pesantren yang tepat guna dari biaya pendidikannya yang disumbangnya selama ini. Dari pencarian alamat yang tidak pasti ini, Allah berikan inspirasi untuk mencari produsen keripik pedas di dekat situ, lebih tepatnya di daerah Cimahi Pojok yang kini sudah menjadi sentra kripik. Keripik dari produsen di Cimahi ini akhirnya kami bawa ke tempat nongkrong milik Adi juga yaitu 7 Heaven Bookstore di jl Raden Patah 12 ketika itu tahun 2010.
Kenapa lalu namanya menjadi Maicih ? Ini dipilih dari wave bahasa alay pada masa 2010 di twitter yang memplesetkan makasih menjadi ma acih. Ada beberapa nama sunda yang sudah disiapkan seperti ma eroh, ma ijah, ma ipah, ma epoh, dan lainnya. Tapi Maicih ssngat feel good dengan momentum alay tadi dan pelafalannya yang mudah diucapkan oleh semua orang.
Maicih sebagai sebuah bisnis bisa dibilang bisnis saya yang ke-3 saat itu. Ada bisnis landscape dan interior design yang sedang berjalan dengan teman SMA yang juga pencipta logo pertama Maicih, ada bisnis kaos bola dari kakak ipar saya, ada juga lainnya, intinya semua dicoba berusaha menemukan pola, kita tidak pernah tau rejeki bermuara di mana. Tugas kita hanya ikhtiar dan tawakal. Setelah Maicih menemukan momentumnya, kami fokus untuk bangun brand Maicih secara serius di fase 2010-2014 dengan tinggalkan bisnis-bisnis tadi menjadi hanya bisnis kripik Maicih.
Comments
Post a Comment